Nilai hanyalah hasil sebuah perjuangan
Yang takkan berarti ditengah manusia di jamannya
Karena keterlambatan tekhnologi dan logika
Kebiasaan umum dan awam menyudutkan
Seiring dengan kepentingan serta kekuasaan


--JACK--

Wednesday 25 April 2012

Boro Budur

Borobudur terletak di Magelang Jawa Tengah sekitar 40 km dari Yogyakarta. Letak bangunan ini diatas perbukitan di Desa Borobudur, Mungkid, Magelang, dengan dikelilingi oleh Gunung Merapi dan Merbabu di sebelah Timur, Gunung Sindoro dan Sumbing di sebelah Utara, dan pegunungan Menoreh di sebelah Selatan, serta terletak di antara Sungai Progo dan Elo. Borobudur didirikan di atas bukit yang telah dimodifikasi, dengan ketinggian 265 dpl., secara astronomis terletak di 70.361.2811 LS dan 1100.121.1311 BT
Borobudur muncul kembali tahun 1814 ketika Sir Thomas Stanford Raffles, Gubernur Jenderal Inggris yang menjadi wali negara Indonesia mengadakan kegiatan di Semarang, waktu itu Raffles mendapatkan informasi bahwa di daerah Kedu telah ditemukan susunan batu bergambar, kemudian ia mengutus Cornelius seorang Belanda untuk membersihkannya. Pekerjaan ini dilanjutkan oleh Residen Kedu yang bernama Hartman pada tahun 1835. Disamping kegiatan pembersihan, ia juga mengadakan penelitian khususnya terhadap stupa puncak Borobudur, pendokumentasian berupa gambar bangunan dan relief candi dilakukan oleh Wilsen selama 4 tahun sejak tahun 1849, sedangkan dokumen foto dibuat pada tahun 1873 oleh Van Kinsbergen
Sejarah 
Kapan Borobudur  di dirikan tidaklah dapat di ketahui secara pasti,  namun suatu perkiraan dapat di peroleh dari tulisan singkat yang di pahatkan di atas pigura relief kaki asli bangunan Borobudur ( Karwa Wibhangga ) hurufnya  sejenis dengan yang di dapatkan dari prasati di akhir abad ke – 8 sampai awal abad ke – 9.
Dari bukti – bukti tersebut disimpulkan bahwa Borobudur di dirikan sekitar tahun 800 M.
Pendapat lain tentang tahun pembuatan Boro Budur adalah :
  • Pendapat  Prof Dr J.G. Casparis, mengungkap  berdasarkan  prasasti Cri Kahulunan 842 M ( abad IX )  silsilah tiga Wangsa Syailendra yang berturut-turut berkuasa pada masa itu, yakni Raja Indra, Putranya Samaratungga. Kemudian, putrinya yang bernama Samaratungga Pramodawardhani. berpendapat pendiri Borobudur adalah Smaratungga yang  memerintah tahun 782-812 M pada masa dinasti Syailendra
  • Pendapat Dumarcay  bangunan Borobudur didirikan dalam 5 tahap pembangunan yaitu:
    •  Tahap I + 780 Masehi
    • Tahap II dan III + 792 Masehi
    •  Tahap IV + 824 Masehi
    • Tahap V + 833 Masehi


Nama Borobudur

Sejarah nama Boro Budur memiliki berbagai pendapat, diantaranya:
  • Raffles: Budur yang kuno (Boro= kuno, budur = nama tempat) Sang Budha yang agung (Boro= agung, budur = Buddha) Budha yang banyak (Boro= banyak, budur= Buddha)
  • Moens: Kota para penjunjung tinggi Sang Budha
  • Casparis: Berasal dari kata sang kamulan ibhumisambharabudara, berdasarkan kutipan dari prasasti Sri Kahulunan 842 M yang artinya bangunan suci yang melambangkan kumpulan kebaikan dari kesepuluh tingkatan Bodhisattva.
  • Poerbatjaraka: Biara di Budur (Budur= nama tempat/desa)
  • Soekmono dan Stutertheim: Bara dan budur berarti biara di atas bukit, Menurut Soekmono fungsi Borobudur sebagai tempat ziarah untuk memuliakan agama Budha aliran Mahayana dan pemujaan nenek moyang. 
  • Purbacaraka Dan Stuten Herm,  Boro berasal dari kata Sangsekerta berarti “ Vihara” yang berarti komplek Candi dan Bihara atau juga asrama  sedangkan Budur dalam bahasa Bali “ Bedudur” yang artinya di Atas. Jadi nama Borobudur berarti asrama ( Komplek Candi ) yang terletak di atas bukit
  • Menurut pendapat saya Boro budur berasal dari kata Boro Buru / Bara Buru


Bentuk
Bangunan Borobudur berbentuk limas yang berundak – undak dengan tangga naik pada ke – 4 sisinya ( Utara, selatan, Timur Dan Barat ), pada bangunan Borobudur tidak ada ruangan sehingga orang tak bisa masuk melainkan bisa naik ke atas saja. 
Struktur Borobudur bila dilihat dari atas membentuk struktur mandala, di keempat sisi candi terdapat pintu gerbang dan tangga ke tingkat di atasnya. Bangunan ini hanya berupa tumpukan balok batu dan setiap batu disambung tanpa menggunakan semen atau perekat. Batu-batu ini disambung berdasarkan pola dan ditumpuk pada bagian dasar, Untuk relief dibuat setelah batu-batu tersebut selesai ditumpuk dan disambung

Borobudur memiliki :
  • Ukuran panjang 121,66 meter dan lebar 121,38 meter 
  • Pada sudut yang membelok 113 M
  • Tinggi 35,40 meter.
  • Susunan bangunan berupa 9 teras berundak dan sebuah stupa induk di puncaknya. Terdiri dari 6 teras berdenah persegi dan 3 teras berdenah lingkaran ( memiliki 10 tingkat yang terdiri dari 6 tingkat berbentuk bujur sangkar, 3 tingkat berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya) 
  • Pembagian vertikal secara filosofis meliputi tingkat Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu.
    • Kamadhatu:  Sama dengan alam bawah atau dunia hasrat dalam dunia ini manusia terikat pada hasrat bahkan di kusai oleh hasrat kemauan dan hawa nafsu, Relief – relief ini terdapat pada bagian kaki bangunan asli yang menggambarkan adegan – adegan Karmawibangga ialah yang melukiskan hukum sebab akibat.
    • Rupadhatu: Sama dengan alam semesta antara dunia rupa dalam hal manusia telah meninggalkan segala urusan keduniawian dan meninggalkan hasrat dan kemauan, bagian ini terdapat pada lorong satu sampai lorong empat
    • Arupadhatu: Sama dengan alam atas atau dunia tanpa rupa yaitu tempat para dewa bagian ini terdapat pada teras bundar ingkat I, II, dan III beserta Stupa Induk.
  • Pembagian vertikal secara teknis meliputi bagian bawah, tengah, dan atas.
  • Terdapat tangga naik di keempat penjuru utama dengan pintu masuk utama sebelah timur dengan ber-pradaksina.
  • Batu-batu bangunan Borobudur berasal dari sungai di sekitar Borobudur dengan volume seluruhnya sekitar 55.000 meter persegi (kira-kira 2.000.000 potong batu)



Stupa

Jumlah stupa 73 buah dengan rincian stupa sebagai berikut :
  • 1 buah stupa induk, Stupa Induk Berukuran lebih besar dari stupa – stupa lainya,  Stupa induk berongga, tanpa lubang terawang dan terletak di tengah – tengah paling atas yang merupakan mahkota dari seluruh monumen bangunan Borobudur, garis tengah Stupa induk + 9.90 M puncak yang tertinggi di sebut pinakel / Yasti Cikkara, terletak di atas Padmaganda dan juga trletak di garis Harmika.

Stupa Berlubang / Terawang
Yang dimaksud stupa berlubang atau terawang ialah Stupa yang terdapat pada teras I, II, III di mana di dalamnya terdapat patung Budha, stupa berlubang seluruhnya 72 Buah, pada

  • stupa teras melingkar I dan II berlubang terawang -  Lubang belah ketupat sedang pada 
  • stupa teras melingkar III Lubang segi empat. 
  • Arti simbolis lubang terawang belah ketupat: Berkaitan dengan filosofi menuju ke tingkat kesempurnaan 
  • Arti simbolis lubang terawang segi empat: Berkaitan dengan filosofi lebih sederhana atau sempurna daripada bentuk belah ketupat yang masih tergolong raya.
stupa – stupa tersebut berada pada tingkat Arupadhatu
  • 32 stupa pada teras melingkar I, 
  • 24 stupa pada teras melingkar II, dan 
  • 16 stupa pada teras melingkar III.

Patung

Tokoh yang diarcakan: 
  • Dhyani Buddha, 
  • Manusi Buddha, dan 
  • Boddhisatva. 
Jumlah arca : 504 buah yaitu :
Patung Budha yang terdapat pada relung – relung : 432 Buah 
Sedangkan pada teras – teras I, II, III berjumlah : 72 Buah
Rincian letak arca :
susunan – susunan patung sebagai berikut:
1. Teras  I  Terdapat :  104 Patung Budha
2. Teras  II Terdapat :   104 Patung Budha
3. Teras  III Terdapat :  88 Patung Budha
4. Teras  IV Terdapat :  72 Patung Budha
5. Teras  V Terdapat :   64 Patung Budha
6. Teras Bundar I Terdapat :    32 Patung Budha
7. Teras Bundar II Terdapat :   24 Patung Budha
8. Teras Bundar III Terdapat :  16 Patung Budha
Jumlah : 504 Patung Budha

Sekilas patung Budha itu tampak serupa semuanya namun sesunguhnya ada juga perbedaan,  perbedaan yang sangat jelas dan juga yang membedakan satu sama lainya adalah dalam sikap tangannya yang di sebut Mudra dan merupakan ciri khas untuk setiap patung. 
Sikap tangan patung Budha di bangunan Borobudur ada 6 macam, hanya saja karena macam mudra yang di miliki menghadap semua arah (Timur, Selatan, Barat, dan Utara) baik yang berada pada bagian rupadhatu langkah V maupun pada bagian arupadhatu pada umumnya memiliki penggambaran atau  maksud yang sama maka jumlah mudra yang pokok ada 5  mudra  Bhumispara – Mudra Wara – Mudra, Dhayana – Mudra, Abhaya – Mudra, Dharma Cakra – Mudra.
  • Pada tingkat Rupadhatu terdapat 432 arca Dyani Buddha diletakkan di dalam relung di segala penjuru arah mata angin yaitu: 
    • Arca Dhyani Buddha Aksobya letak di sisi Timur dengan sikap tangan Bhumisparsamudra,
    • Arca Dhyani Buddha Ratnasambhawa letak sisi Selatan dengan sikap tangan Waramudra,
    • Arca Dhyani Buddha Amoghasidha letak di sisi Utara dengan sikap tangan Abhayamudra,
    • Arca Dhyani Buddha Wairocana di pagar langkan tingkat V dengan sikap Witarkamudra
 ukuran arca semakin ke atas semakin kecil dan diletakkan pada relung, dengan rincian:
    • Teras I : 104 arca 
    • Teras II : 104 arca 
    • Teras III : 88 arca 
    • Teras IV : 72 arca 
    • Teras V : 64 arca
  • Pada tingkat Arupadhatu terdapat 72 arca dengan ukuran sama dan diletakkan di dalam stupa, dengan rincian ( Teras Bundar I, II, III )
    • Teras VI : 32 arca 
    • Teras VII : 24 arca 
    • Teras VIII : 16 arca. Di dalam stupa teras Bundar I, II, dan III arca Dhyani Buddha Vajrasattva dengan sikap tangan Dharmacakramudra
Patung Singa
Pada Candi Borobudur selain patung Budha juga terdapat patung singa jumlah patung singa seharusnya tidak kurang dari 32 buah akan tetapi bila di hitung sekarang jumlahnya berkurang karena berbagai sebab.
Satu satunya patung singa besar berada pada halaman sisi Barat yang juga menghadap ke barat seolah – olah sedang menjaga bangunan Candi Borobudur yang megah dan anggun

Relief

Candi Borobudur mempunyai 1.460 panil relief cerita yang tersusun dalam 11 deretan mengitari bangunan candi dan relief dekoratif berupa relief hias sejumlah 1.212 panil. Relief ini dibaca searah putaran jarum jam. Relief ini menggambarkan suatu cerita yang cara membacanya dimulai dan diakhiri pada pintu gerbang di sebelah timur. yang merupakan Pintu gerbang utama Candi Borobudur.
Relief cerita pada tingkat
Kamadhatu (kaki Borobudur) mewakili dunia manusia menggambarkan perilaku manusia yang masih terikat oleh nafsu duniawi. Hal ini terlihat pada dinding kaki candi yang asli terpahatkan 160 panil relief Karmawibhangga yang menggambarkan hukum sebab akibat. Relief Karmawibhanga secara jelas menggambarkan tentang hawa nafsu dan kenikmatan serta akibat perbuatan dosa dan juga hukuman yang di terima tetapi ada juga perbuatan baik serta pahalanya
Yang di perlihatkan pada relief – relief itu antara lain:
  • Gambaran mengenai mulut – mulut yang usil, orang yang suka mabuk – mabukan, perbuatan – perbuatan lain yang mengakibatkan suatu dosa.
  • Perbuatan terpuji, gambaran mengenai orang yang suka menolong Ziarah ke tempat suci bermurah hati kepada sesama dan lain – lain yang mengakibatkan orang mendapat ketentraman hidup dan dapat pahala
Tingkat Rupadhatu (badan Borobudur) mewakili dunia antara, menggambarkan perilaku manusia yang sudah mulai meninggalkan keinginan duniawi, akan tetapi masih terikat oleh suatu pengertian dunia nyata. Pada tingkatan ini dipahatkan 1.300 panil yang terdiri dari relief Lalitavistara, Jataka, Avadana, dan Gandawyuha.

  • Tingkat I 
    • dinding atas - relief Lalitavistara : 120 panil 
    • dinding bawah - relief Manohara dan Avadana : 120 panil
    • langkan bawah (kisah binatang) relief Jatakamala: 372 panil 
    • langkan atas (kisah binatang) relief Jataka:128 panil
  • Tingkat II 
    • dinding - relief Gandawyuha : 128 panil 
    • langkan - relief Jataka/Avadana : 100 panil 
  • Tingkat III 
    • dinding - relief Gandawyuha : 88 panil
Tahun Pemugaran Borobudur
  1. Pemugaran I  tahun 1907 – 1911
  2. Pemugaran II tahun 1973 – 1983